Saat ini, perubahan demografis menjadi tantangan yang dihadapi oleh berbagai negara. Beberapa negara mengalami penurunan populasi, sementara yang lain mengalami ledakan jumlah penduduk.
Perubahan demografi bisa berdampak pada berbagai sektor, termasuk sistem pensiun. Bagaimana penjelasannya? Mari kita eksplorasi lebih dalam di artikel ini. Namun, sebelum itu, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu demografi.
Pengertian Demografi
Menilik asal katanya, demografi terdiri dari kata demos yang berarti rakyat dan grafein yang berarti tulisan. Dengan demikian, demografi dapat diartikan secara bahasa sebagai tulisan tentang rakyat atau kependudukan manusia.
Secara istilah, demografi merupakan studi statistik pada populasi manusia yang mencakup berbagai aspek seperti jumlah penduduk, komposisi penduduk, dan perubahannya dari waktu ke waktu akibat tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan perpindahan penduduk.
Kajian demografi berfokus pada persoalan kependudukan secara kuantitatif, yang melingkupi jumlah, ukuran, struktur, dan komposisi perihal penduduk. Dengan begitu, teknik yang digunakan dalam menghitung demografi dibutuhkan untuk memperoleh hasil perhitungan yang berkualitas.
Dalam demografi, dikenal istilah yang disebut bonus demografi. Bonus demografi dapat diartikan sebagai peluang bagi suatu negara sebagai dampak atas proporsi penduduk usia kerja yang besar dalam perubahan kependudukan di negara tersebut.
Pengaruh Demografi pada Sistem pensiun
Berikut adalah beberapa pengaruh demografi terhadap sistem pensiun.
1. Harapan Hidup
Salah satu faktor demografi yang paling berpengaruh terhadap sistem pensiun adalah harapan hidup. Apabila harapan hidup meningkat, orang-orang hidup lebih lama sehingga masa pensiun mereka juga makin meningkat.
Akibatnya, perusahaan pensiun perlu membayarkan manfaat pensiun yang mereka janjikan lebih lama seiring usia harapan hidup pensiunan yang makin meningkat.
2. Tingkat Kelahiran
Ketika anggota populasi tua memasuki masa pensiun, mereka berhenti membayar iuran dan mulai menerima manfaat pensiun. Pada saat yang sama, populasi muda yang produktif akan terus bermunculan menggantikan peran populasi tua.
Peran populasi muda ini sangatlah penting untuk memberikan kontribusi dalam sistem pensiun. Semakin besar jumlah populasi muda yang produktif, semakin besar pula jumlah kontribusi mereka ke dalam dana pensiun.
Dengan demikian, tingkat kelahiran dalam demografi dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pension system. Apabila tingkat kelahirannya rendah atau menurun, berarti jumlah populasi muda di masa depan pun juga menurun. Alhasil, program pensiun akan mengalami kendala karena berkurangnya kontributor.
3. Populasi Pekerja Lepas
Sering kali, program pensiun disediakan perusahaan untuk memfasilitasi jaminan kesejahteraan karyawannya setelah purnatugas. Sementara itu, pekerja lepas tidak mendapatkan akses ke program pensiun yang disponsori pemberi kerja layaknya karyawan di perusahaan.
Dampaknya, populasi pekerja lepas yang besar dapat mengurangi jumlah orang yang aktif berkontribusi dalam program pensiun. Ditambah lagi, pekerja lepas sering kali memiliki penghasilan yang tidak stabil, sehingga menyisihkan dana untuk pensiun bisa menjadi hal yang sulit bagi mereka.
Saat ini, pekerja lepas tidak hanya terbatas pada pekerjaan offline, tetapi juga mencakup freelancer online yang bekerja secara jarak jauh. Dengan semakin meluasnya jenis pekerjaan ini, populasi pekerja lepas terus bertambah, yang berarti dampak mereka terhadap program pensiun juga semakin besar.
4. Tingkat Pengangguran
Faktor demografi lainnya yang bisa memengaruhi pension system adalah tingkat pengangguran. Jika terdapat banyak orang usia produktif yang menganggur, ini juga dapat berdampak negatif pada sistem pensiun karena jumlah kontributor berkurang.
Solusi Mengatasi Dampak Demografi pada Sistem Pensiun
Setelah mengetahui dampak perubahan demografi terhadap sistem pensiun. Sekarang, mari kita ulas solusinya berikut ini!
1. Meningkatkan Usia Pensiun
Menaikkan usia pensiun bisa jadi solusi untuk mengatasi dampak demografi seperti harapan hidup yang meningkat. Dengan begitu, peserta pensiun bisa bekerja lebih lama dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta tetap berkontribusi dalam program pensiun.
Melalui solusi ini, perusahaan pensiun bisa menunda pemberian manfaat kepada pesertanya dan mendapatkan kontribusi dari mereka lebih lama. Namun, solusi ini bisa jadi kontroversial sehingga tidak bisa diterapkan jika menimbulkan gejolak.
2. Mendorong Partisipasi Angkatan Kerja
Pemberi kerja dapat mendorong pekerja yang lebih tua untuk tetap berpartisipasi dalam pekerjaan dengan meringankan beban kerja mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi jam kerja atau menawarkan pekerjaan paruh waktu.
Selain itu, pemberi kerja juga dapat meringankan beban pekerjaan bagi pekerja yang lebih muda dengan cara mengurangi jam lembur. Dengan begitu, para pekerja bisa mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Jika pekerja memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga, penurunan tingkat kelahiran pun bisa lebih diatasi. Pada gilirannya, jumlah angkatan kerja pun bisa lebih dipertahankan di masa depan.
3. Diversifikasi Investasi
Perusahaan dana pensiun perlu mencari cara memperoleh keuntungan lebih dalam mengelola dana pensiun. Dengan keuntungan yang cukup, perusahaan dapat membayarkan manfaat kepada para pensiunan dengan lancar.
Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan mendiversifikasi investasi dana pensiun ke dalam beberapa instrumen yang berbeda. Dengan cara ini, potensi kerugian bisa lebih diminimalkan dan potensi pengembalian bisa lebih ditingkatkan.
4. Menyediakan Program Pensiun untuk Pekerja Lepas
Perusahaan pensiun dapat merancang produk pensiun khusus yang cocok untuk pekerja lepas. Salah satu caranya adalah dengan menawarkan kontribusi yang fleksibel, mengingat pekerja lepas sering kali memiliki penghasilan yang tidak stabil.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Pengaruh demografi pada sistem pensiun sebagaimana dijelaskan di atas bersifat umum. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih spesifik di Indonesia, berikut adalah prediksi demografi di Indonesia dan dampaknya pada sistem pensiun, dilansir dari Kajian Grand Design Sistem pensiun Nasional di situs Kemenkeu:
Berdasarkan proyeksi United Nations (2019), populasi Indonesia diperkirakan terus mengalami pertumbuhan hingga mencapai klimaksnya pada tahun 2067 dengan jumlah mencapai 337,38 juta jiwa.
Setelah tahun tersebut, jumlah penduduk diprediksi mengalami penurunan perlahan menjadi sekitar 320,78 juta jiwa pada tahun 2100. Pemicunya adalah tingkat kesuburan yang terus menurun, bahkan kurang dari 2,1 pada tahun 2035.
Sementara itu, mortalitas pada segala usia juga diproyeksikan menurun di masa depan yang meningkatkan angka harapan hidup secara signifikan. Sebagai contoh, harapan hidup usia 60 tahun diperkirakan naik dari 18,28 tahun pada tahun 2020 menjadi 22,1 tahun pada tahun 2060.
Konsekuensinya, Indonesia diproyeksikan akan mengalami penuaan populasi pada tahun 2045, dengan orang tua akan membentuk 14,3% dari total populasi. Menurut perkiraan, rasio ketergantungan Indonesia juga bakal terus meningkat hingga mencapai sekitar 54% pada tahun 2050, yang setara dengan situasi di Eropa saat ini.
Proyeksi menunjukkan bahwa rasio tersebut akan terus meningkat hingga mencapai 72,0% pada tahun 2100. Hal ini berpotensi memberikan dampak negatif pada sistem pensiun di seluruh skema pendanaan. Dampaknya mungkin lebih langsung terasa pada skema PAYG, dan tidak terlihat langsung pada skema pendanaan penuh.
Demikianlah ulasan tentang pengaruh demografi pada sistem pensiun, baik dalam konteks umum maupun spesifik di Indonesia.
No comment