Program pensiun yang ideal harus bisa menjamin kesejahteraan karyawan ketika mereka sudah tidak bekerja lagi. Akan tetapi, hal ini belum dijalankan secara maksimal. Dalam laporan studi Mercer CFA Institute Global Pension Index 2022 terhadap 44 negara , posisi Indonesia bahkan sempat menurun dari 35 ke 39.
Walau tahun 2023 menunjukkan kenaikan, penurunan tersebut tetap harus menjadi perhatian. Hal ini menuntut adanya optimasi program pensiun demi menjamin kesejahteraan karyawan hingga masa pasca kerja.
Apa Itu Optimasi Program Pensiun?
Optimasi program pensiun adalah strategi untuk meningkatkan kemampuan program tersebut dalam menjamin kesejahteraan pesertanya.
Program optimasi melibatkan peingkatan semua elemen yang mempengaruhi dana pensiun. Contohnya adalah investasi perusahaan, jumlah iuran, modal standar minimum untuk kepentingan program, serta manajemen risiko.
Manfaat Optimasi Program Pensiun
Pemberi kerja bisa diuntungkan lewat penerapan program pensiun yang lebih optimal. Manfaat optimasi untuk jangka panjang antara lain sebagai berikut:
-
Peningkatan Kesejahteraan Karyawan
Biaya pensiun termasuk dalam salah satu aspek kesejahteraan karyawan yang wajib dipenuhi perusahaan. Dengan menerapkan program yang optimal, perusahaan memastikan bahwa karyawan yang telah berkontribusi untuk kesuksesannya akan bisa hidup layak setelah tidak lagi bekerja.
-
Kemudahan dalam Menarik Bakat Potensial
Perusahaan yang menawarkan program pensiun optimal cenderung lebih mudah menarik bakat potensial. Jaminan pensiun yang optimal mengurangi kecemasan akan masa depan sehingga lebih menggiurkan untuk calon karyawan. Semakin banyak bakat potensial yang tertarik melamar di perusahaan, semakin mudah perusahaan tersebut berkembang.
-
Mengurangi Tingkat Turnover
Tingkat turnover merujuk pada frekuensi karyawan yang mengundurkan diri tidak lama setelah masuk. Hal ini menandakan adanya tingkat ketidakpuasan karyawan yang tinggi. Dengan adanya jaminan imbalan pasca kerja memadai, perusahaan bisa menekan tingkat turnover dan menjaga suasana kerja agar tetap optimal.
-
Memberi Keuntungan dalam Hal Pajak
Pemberi kerja yang menawarkan program pensiun optimal bisa mendapat keuntungan dalam perhitungan pajak penghasilan badan atau PPh 25. Misalnya, jika perusahaan membayar iuran ke DPLK PDKP untuk program pensiun karyawan, pembayaran rutin tersebut akan berdampak pada pengurangan PPh 25.
-
Mengembangkan Program Iuran Itu Sendiri
Pemberi kerja yang berinvestasi pada program pensiun akan memberi dampak positif pada lembaga program iuran yang menjadi rekanannya. Misalnya, jika makin banyak perusahaan secara rutin membayar iuran ke DPLK PDKP, uang tersebut akan menjadi investasi berguna untuk program pensiun berkelanjutan.
-
Memiliki Peringkat Good Corporate Governance Tinggi
Pemberian program pensiun yang optimal adalah salah satu elemen dalam Good Corporate Governance (GCG), yaitu standar yang memastikan bahwa perusahaan dijalankan dengan baik, bertanggung jawab, dan beretika. GCG baik akan membantu perusahaan dalam banyak hal, seperti mempertahankan reputasi, menemukan rekan kerja, hingga mengajukan pinjaman.
-
Peningkatan Kinerja Karyawan
Program pensiun yang optimal ternyata juga memberi keuntungan bagi karyawan yang masih berstatus aktif. Dengan adanya jaminan pensiun yang baik, karyawan bisa fokus pada pekerjaan serta cenderung memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan. Kinerja mereka pun bisa meningkat karena kecemasan terhadap masa depan menjadi berkurang.
Tantangan dalam Optimasi Dana Pensiun
Walau optimasi dana pensiun membawa hal positif, penerapannya tidak semudah itu. Pemberi kerja akan menghadapi banyak tantangan ketika mencoba melakukan optimasi program pensiun. Contohnya adalah:
-
Kurangnya Kesadaran akan Pentingnya Dana Pensiun
Edukasi dan kesadaran terkait dana pensiun bisa meengaruhi optimasi program, baik dari segi pemberi kerja maupun karyawan dan masyarakat secara umum.
-
Keterbatasan Dana Investasi
Program pensiun membutuhkan alokasi pendanaan khusus untuk keperluan investasi. Keterbatasan alokasi dana dapat menghambat optimasi sehingga program pensiun menjadi kurang memadai.
-
Tantangan dari Kebutuhan Personal Karyawan
Setiap karyawan memiliki kebutuhan berbeda terkait program pensiun. Hal ini berkaitan dengan faktor spesifik seperti usia, masa kerja, kondisi kesehatan, kebutuhan pengeluaran, hingga risiko di posisi kerja masing-masing. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan karyawan secara memadai menghadirkan tantangan tersendiri dalam pengelolaan program pensiun.
-
Minimnya Akuntabilitas dan Transparansi
Akuntabilitas dan transparansi masih menjadi problem dalam pengelolaan serta optimasi program pensiun. Kementerian BUMN mengungkap bahwa dari 48 dana pensiun lembaga pelat merah, sekitar 70 persen masih mengalami kekurangan dari segi transparansi dan akuntabilitas, misalnya dalam pengelolaan dana serta investasi.
Langkah Pengawasan dan Evaluasi untuk Optimasi Program Pensiun
Bagaimana cara memastikan optimasi program pensiun serta evaluasinya berjalan baik?
Otoritas Jasa Keuangan Indonesia berpegang pada prinsip yang sama dengan International Organizations of Pension Supervisors (IOPS) terkait proses pengawasan dan evaluasi. Langkah yang harus dilakukan meliputi:
-
Proses Monitoring
Monitoring melibatkan observasi dan pengumpulan data dari semua sektor yang terlibat dalam program pensiun. Hal ini sebaiknya dilakukan secara berkala serta mendadak untuk menjaga objektivitas serta melacak adanya kekurangan atau pelanggaran.
-
Pelaporan secara Rinci
Pelaporan rinci harus dilakukan lewat sistem yang telah disepakati semua departemen dan sektor. Sistem dan isi laporan harus selalu ditinjau agar tetap mencerminkan kondisi terkini dari pelaksanaan program pensiun (termasuk jika ada laporan kekurangan atau pelanggaran).
-
Pengumpulan Tipe Informasi yang Tepat
Pengumpulan data program pensiun harus melibatkan tipe informasi yang tepat. Contohnya adalah informasi mendasar (jumlah peserta aktif, status pendanaan, tipe dana pensiun, metode pemberian), informasi keuangan (nilai investasi, nilai transfer, portfolio tes), informasi pengelolaan program (laporan pelayanan, prosedur pengambilan keputusan), dan kode etik bisnis (kebijakan transparansi data).
-
Pengumpulan Tipe Informasi yang Lebih Spesifik
Perusahaan harus mengumpulkan informasi yang lebih spesifik terkait situasi khusus. Contohnya adalah problem spesifik yang terjadi pada penerima dana pensiun tertentu atau perubahan yang mungkin mempengaruhi semua aspek pendanaan. Informasi ini harus mendapat prioritas penanganan.
-
Analisis dan Pengukuran Risiko
Analisis dan pengukuran risiko bukan hanya soal mengecek kesesuaian pengelolaan program dengan peraturan yang ada. Analisis risiko secara menyeluruh harus melibatkan pengukuran semua aspek untuk membaca potensi risiko masa depan serta meningkatkan kualitas pengelolaan bagi semua penerima dana pensiun.
Mengapa Harus Bekerja sama dengan Jasa Aktuaria dalam Optimasi Program Pensiun?
Optimasi program pensiun melibatkan analisis dan pengelolaan berbagai faktor. Hal ini membutuhkan perhitungan akurat agar pemberi kerja bisa mendapat manfaat dan penerima dana bisa hidup sejahtera. Agar mendapat hasil analisis akurat, Anda membutuhkan ilmu aktuaria yang memadukan matematika, statistik, dan akuntansi untuk analisis menyeluruh.
Jasa aktuaria seperti Kantor Konsultasi Aktuaria Arya Bagiastra memadukan konsultasi aktuaris profesional dengan teknologi seperti AI dan kalkulator aktuaria. Anda bisa mendapat analisis dan perhitungan akurat serta cepat untuk berbagai jenis konsultasi, termasuk pembuatan program pensiun yang tepat. Perusahaan dan karyawan pun sama-sama mendapat keuntungan dari hasil analisis aktuaria.
Optimasi program pensiun menawarkan berbagai keuntungan baik untuk pemberi kerja maupun penerima. Pastikan Anda menggunakan jasa analisis aktuaria profesional untuk meningkatkan kinerja program pensiun demi kesejahteraan karyawan dan reputasi perusahaan.
No comment