Jumlah lansia di Indonesia diprediksi bakal mencapai 15% pada 2050. Data dari World Population Prospects: The 2022 Revision ini juga menunjukkan bahwa persentase tersebut naik dari angka 6,9% pada 2022. Situasi yang dikenal dengan istilah aging population ini dikhawatirkan bisa menambah beban ekonomi di masa depan.
Sementara itu, salah satu upaya menjaga kesejahteraan hari tua masyarakat lansia adalah melalui program pensiun. Selain sebagai jaminan hari tua, juga untuk menjaga agar daya beli saat bekerja dan setelah pensiun tidak berbeda secara signifikan. Penetapan biaya pensiun ini nantinya dihitung menggunakan ilmu aktuaria.
Nah, bagaimana dampak tren demografi seperti aging population di atas bisa memengaruhi penetapan skema pensiun yang berlaku saat ini?
Tren Demografis pada Skema Pensiun
Skema pensiun dibuat untuk memberi manfaat finansial berkelanjutan kepada seseorang setelah mencapai usia pensiun atau masa kerja aktifnya berakhir. Pengelolaannya bisa dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, atau organisasi/lembaga lainnya. Secara umum, berikut beberapa skema pensiun yang berlaku:
- Skema Manfaat
- Manfaat Pasti: Setiap pensiunan menerima uang pensiun dengan jumlah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Formula untuk menghitung biaya pensiun pada skema ini berbeda-beda dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
- Iuran Pasti: Besar iuran telah ditetapkan di awal, kemudian dicatat ke rekening peserta. Manfaat pensiun skema ini berupa akumulasi iuran serta hasil investasinya.
- Skema Pendanaan
- Pay As You Go: Besaran iuran ditentukan berdasarkan gaji pokok pekerja. Dananya berasal dari APBN, sedangkan iurannya dikelola oleh PT Taspen dan PT Asabri.
- Fully Funded: Uang pensiun dihitung berdasarkan proporsi take home pay yang ditentukan dari akumulasi antara gaji pokok, tunjangan kerja, juga insentif lainnya.
Lebih lanjut, berikut beberapa tren demografi yang mempengaruhi skema pensiun:
- Perbandingan antara jumlah pensiunan dan populasi umum.
- Perbandingan angka harapan hidup setelah memasuki masa pensiun.
- Tren peningkatan usia harapan hidup.
- Tren penurunan angka kelahiran.
- Penuaan populasi (aging population).
Berdasarkan tren demografi dan ekonomi yang dinamis, tingkat iuran pensiun ditetapkan setiap tahun. Hal ini demi menjaga likuiditas asuransi pensiun di sepanjang tahun.
Dampak Tren Demografis terhadap Skema Pensiun
Faktor-faktor seperti peningkatan usia harapan hidup dan penurunan tingkat kelahiran bisa menjadi pemicu aging population. Aging population sendiri merupakan fenomena di mana proporsi penduduk usia tua (usia 65 tahun ke atas) meningkat relatif terhadap jumlah penduduk keseluruhan. Ini menciptakan dampak sekaligus peluang pada sektor bisnis.
Pertama, meningkatnya jumlah lansia cenderung meningkatkan permintaan layanan kesehatan dan perawatan kesehatan jangka panjang. Hal ini mempengaruhi perhitungan PSAK 24 Imbalan Pasca Kerja.
Kemudian, ketika masyarakat hidup lebih lama dan cenderung memiliki tren untuk menurunkan angka kelahiran, terjadi pergeseran kebutuhan (demand) jasa keuangan, yakni meningkatnya kebutuhan akan manajemen aset pensiun. Pengetahuan mendalam serta inovasi produk yang tepat bisa membantu perusahaan bertahan dalam kompetisi.
Lebih lanjut, apa pun skema pensiunnya, pengelolaan program dana pensiun tentu tidak lepas dari risiko-risiko seperti risiko longevity, investasi, inflasi, tingkat bunga, dan portabilitas. Siapa yang menanggung risiko-risiko tersebut, apakah peserta atau pemberi kerja?
Nah, apakah perusahaan Anda perlu menghitung biaya pensiun untuk pengelolaan dana pensiun serta jaminan kesehatan? Pertimbangkan bantuan dari Aktuaris Profesional untuk mendesain program yang sesuai dengan regulasi terkini dan bisa menjawab tantangan tren demografi.
Layanan Aktuaris Profesional paling direkomendasikan adalah KKA Arya Bagiastra, dengan tim ahli berpengalaman yang siap membantu mendesain, menilai, serta mengelola program dana pensiun perusahaan Anda. Konsultasikan kebutuhan spesifik perusahaan Anda sekarang kepada tim Kantor Konsultan Aktuaris Arya Bagiastra!
No comment